Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono tercatat sebagai pasangan dengan dana kampanye paling besar, yaitu mencapai Rp 20 miliar dan Rp 300 juta. Donatur terbesar untuk pasangan SBY-Boediono dari sejumlah perusahaan. Hal tersebut disampaikan Komisi Pemilihan Umum di Jakarta, Selasa (2/6).
Sedangkan pasangan Megawati Sukarnoputri-Prabowo Subianto atau Mega-Pro memiliki dana kampanye Rp 20 miliar dan Rp 5 juta. Dana kampanye untuk pasangan ini berasal dari kantong pribadi Megawati dan Prabowo. Megawati menyumbang Rp 5 miliar, sedangkan Prabowo Rp 15 miliar.
Sementara pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto atau JK-Win memiliki dana kampanye terkecil, yaitu Rp 10 miliar dan Rp 250 juta. Penyumbang terbesar untuk pasangan ini adalah Partai Golkar sebesar Rp 7 miliar. Data yang diserahkan ke KPU ini nantinya akan diaudit oleh kantor akuntan publik yang telah ditentukan.
Meski mengantongi dana yang tak sedikit, suasana kampanye hari pertama kemarin terbilang sepi. Alih-alih pergi berkampanye, Jusuf Kalla bahkan hanya berdiam di rumah. Sedangkan Yudhoyono yang baru pulang dari lawatan di Korea Selatan agaknya tak ingin buru-buru turun ke gelanggang. Demikian pula dengan capres dan cawapres lainnya.
Di berbagai daerah, hari pertama kampanye lebih banyak diisi oleh tim sukses pasangan capres-cawapres dengan pemasangan spanduk, baliho, dan poster. Selain itu, tak terlihat adanya kesibukan yang berarti di posko masing-masing pasangan.
Berkaca pada kampanye pemilu legislatif lalu, besar kemungkinan pasangan capres-cawapres akan lebih banyak menggunakan dana yang mereka gelontorkan untuk menopang citra. Kampanye dalam bentuk rapat umum jelas tetap akan dilakukan, namun fokusnya adalah pada kampanye dalam bentuk iklan. Pasalnya, menghabiskan dana untuk membuat iklan dinilai lebih efektif dalam menjangkau pemilih sekaligus membentuk citra.
Jadi, jangan heran jika jauh-jauh hari iklan pasangan capres-cawapres sudah memenuhi ruang keluarga Indonesia, kendati KPU belum lagi menetapkan mereka secara resmi sebagai kontestan Pilpres 2009. Dan kini, iklan-iklan itu akan lebih kerap menghiasi layar kaca
Sabtu, 13 Juni 2009
Manohara Again
Kini kasus manohara tengah menjadi trend. Berbagai latar belakang pendidikan dan profesi tengah menyorot masalah ini. Barbagai berita ( termasuk infotainment ) juga tak ketinggalan untuk mengambil bagian dari berita ini demi menaikkan ratingnya. Sebenarnya seberapa pentingnya kasus manohara sehingga kasusnya menyeruak? BAgi beberapa orang mungkin ini penting karena berbagai alasan terutama kemanusiaan. Tapi sejujurnya jikalau kita menilik lebih jauh lagi, sebenarnya kasus ini tidak perlu dibesar-besarkan seperti saat sekarang ini. Apalagi kita tahu bahwa yang memutuskan untuk pergi dan bersanding dengan seorang pangeran klantan ( yang notebenenya jauh dan belum tentu dikenal oleh rakyat indonesia sebelumnya ) adalah diri dan keluarganya sendiri. Lain halnya apabila pernikahannya itu dipaksakan oleh pangeran klantan tersebut. Itu baru malanggar etika dan wajib dibela.
Kita mungkin lupa, berapa banyak kasus lain terhadap TKI kita yang dianiaya justru lebih parah dari kasus manohara malah diabaikan. Bukankah itu yang lebih penting lagi karena mereka adalah aset yang juga menyumbang devisa bagi negara. Sedangkanmanohara? Apakah termasuk penyumbang devisa negara? Atau hanya menambah devisa bagi keluarganya saja?? Itu semua tergantung pendapat anda masing-masing.
Kita mungkin lupa, berapa banyak kasus lain terhadap TKI kita yang dianiaya justru lebih parah dari kasus manohara malah diabaikan. Bukankah itu yang lebih penting lagi karena mereka adalah aset yang juga menyumbang devisa bagi negara. Sedangkanmanohara? Apakah termasuk penyumbang devisa negara? Atau hanya menambah devisa bagi keluarganya saja?? Itu semua tergantung pendapat anda masing-masing.
Ahmadinejad menang, Mausavi berang
Mahmoud Ahmadinejad akhirnya keluar sebagai pemenang pemilu presiden Iran dengan keunggulan yang cukup jauh dari pesaing utamanya, mantan Perdana Menteri Mir Hossein Mousavi, Sabtu (13/6). Ahmadinejad menang dengan 61,6 persen suara diikuti Mousavi dengan hanya meraup 32,5 persen suara. Hasil ini mengejutkan banyak pihak yang beranggapan pemilu akan berlangsung dua putaran.
Menanggapi hasil tersebut, Mousavi berang dan mengeluarkan kritik pedas. Ia beranggapan kemenangan Ahmadinejad ini adalah kemenangan berbahaya yang berpotensi menjadi sebuah tirani. "Saya mengingatkan saya tidak akan menyerah terhadap kemenangan berbahaya ini. Hasil ini akan meruntuhkan pilar-pilar republik islam dan akan menciptakan tirani," ucap Mousavi.
Presiden Dewan Nasional Iran-Amerika di Washington DC, Amerika Serikat, Trita Parsi turut menyayangkan kemenangan Ahmadinejad. Ia mengaku tidak percaya dengan hasil tersebut dan meyakini adanya tindak kecurangan.
Hal senada datang dari sejumlah pihak analis dari Iran dan sejumlah negara Barat. Mereka menilai terpilihnya kembali Ahmadinejad akan menyulitkan negara-negara Barat untuk menghentikan Iran yang disinyalir tengah mengerjakan proyek pembuatan bom. Kemenangan ini juga diduga akan menghambat usaha presiden AS Barack Obama dalam menggapai dunia Islam di Teheran.(ANS/Reuters)
Menanggapi hasil tersebut, Mousavi berang dan mengeluarkan kritik pedas. Ia beranggapan kemenangan Ahmadinejad ini adalah kemenangan berbahaya yang berpotensi menjadi sebuah tirani. "Saya mengingatkan saya tidak akan menyerah terhadap kemenangan berbahaya ini. Hasil ini akan meruntuhkan pilar-pilar republik islam dan akan menciptakan tirani," ucap Mousavi.
Presiden Dewan Nasional Iran-Amerika di Washington DC, Amerika Serikat, Trita Parsi turut menyayangkan kemenangan Ahmadinejad. Ia mengaku tidak percaya dengan hasil tersebut dan meyakini adanya tindak kecurangan.
Hal senada datang dari sejumlah pihak analis dari Iran dan sejumlah negara Barat. Mereka menilai terpilihnya kembali Ahmadinejad akan menyulitkan negara-negara Barat untuk menghentikan Iran yang disinyalir tengah mengerjakan proyek pembuatan bom. Kemenangan ini juga diduga akan menghambat usaha presiden AS Barack Obama dalam menggapai dunia Islam di Teheran.(ANS/Reuters)
Langganan:
Postingan (Atom)