Sabtu, 13 Juni 2009

Harga untuk sebuah pencitraan

Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono tercatat sebagai pasangan dengan dana kampanye paling besar, yaitu mencapai Rp 20 miliar dan Rp 300 juta. Donatur terbesar untuk pasangan SBY-Boediono dari sejumlah perusahaan. Hal tersebut disampaikan Komisi Pemilihan Umum di Jakarta, Selasa (2/6).

Sedangkan pasangan Megawati Sukarnoputri-Prabowo Subianto atau Mega-Pro memiliki dana kampanye Rp 20 miliar dan Rp 5 juta. Dana kampanye untuk pasangan ini berasal dari kantong pribadi Megawati dan Prabowo. Megawati menyumbang Rp 5 miliar, sedangkan Prabowo Rp 15 miliar.

Sementara pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto atau JK-Win memiliki dana kampanye terkecil, yaitu Rp 10 miliar dan Rp 250 juta. Penyumbang terbesar untuk pasangan ini adalah Partai Golkar sebesar Rp 7 miliar. Data yang diserahkan ke KPU ini nantinya akan diaudit oleh kantor akuntan publik yang telah ditentukan.

Meski mengantongi dana yang tak sedikit, suasana kampanye hari pertama kemarin terbilang sepi. Alih-alih pergi berkampanye, Jusuf Kalla bahkan hanya berdiam di rumah. Sedangkan Yudhoyono yang baru pulang dari lawatan di Korea Selatan agaknya tak ingin buru-buru turun ke gelanggang. Demikian pula dengan capres dan cawapres lainnya.

Di berbagai daerah, hari pertama kampanye lebih banyak diisi oleh tim sukses pasangan capres-cawapres dengan pemasangan spanduk, baliho, dan poster. Selain itu, tak terlihat adanya kesibukan yang berarti di posko masing-masing pasangan.

Berkaca pada kampanye pemilu legislatif lalu, besar kemungkinan pasangan capres-cawapres akan lebih banyak menggunakan dana yang mereka gelontorkan untuk menopang citra. Kampanye dalam bentuk rapat umum jelas tetap akan dilakukan, namun fokusnya adalah pada kampanye dalam bentuk iklan. Pasalnya, menghabiskan dana untuk membuat iklan dinilai lebih efektif dalam menjangkau pemilih sekaligus membentuk citra.

Jadi, jangan heran jika jauh-jauh hari iklan pasangan capres-cawapres sudah memenuhi ruang keluarga Indonesia, kendati KPU belum lagi menetapkan mereka secara resmi sebagai kontestan Pilpres 2009. Dan kini, iklan-iklan itu akan lebih kerap menghiasi layar kaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar