Rusia bersedia mengurangi persenjataan peluru kendali atau rudal berhulu nuklirnya. Ini sejalan dengan kepentingan nasionalnya jika perundingan dengan Amerika Serikat menyepakati perjanjian baru. Demikian dikatakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Sabtu (7/2).
"Pada dua setengah tahun terakhir dari pemerintahan AS sebelumnya, kami berusaha mendapatkan reaksi yang jelas terhadap sejumlah usulan kami, untuk memulai membentuk perjanjian baru untuk menggantikan perjanjian START yang berakhir masa berlakunya Desember," kata Lavrov pada televisi Rusia. Lavrov menegaskan, pihaknya siap mengurangi dan membatasi rudal strategis.
Pemerintah Kremlin sejak lama mengharapkan perundingan tersebut untuk menggantikan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START). Perjanjian itu adalah tonggak bersejarah pakta perlucutan senjata dalam Perang Dingin antara AS dan Uni Sovyet yang masa berlakunya habis pada akhir tahun ini.
Pada Januari silam, menjelang konfirmasinya sebagai Menteri Luar Negeri AS yang baru, Hillary Rodham Clinton berjanji akan secepat mungkin merundingkan kembali START, yang ditandatangani pada 1991 dan merupakan tahapan bagi pengurangan persenjataan nuklir Amerika dan Rusia. Pemerintah AS sebelumnya tidak goyah mengenai masalah ini, yang memicu perasaan tidak senang bagi Rusia dan menuding bahwa Washington tidak seserius Moskow dalam menangani masalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar