Minggu, 25 Januari 2009

KETIKA PALEST INA MENANGIS

Wahai seluruh pembaca, masih ingatkah kalian ketika palestina dihantam oleh ribuan tentara zionis israel? Pernahkah terbersit dibenak kita semua betapa memilukannya penderitaan mereka? Betapa menggetarkan jiwanya melihat ribuan korban jiwa yang jatuh, ratusan rumah-rumah penduduk yang rata dengan tanah, serta puluhan masjid yang diluluhlantakkan.
Tahukah kalian betapa menyakitkannya melihat belahan jiwa kita menghembuskan nafas terakhirnya didekapan kita, sedangkan dia sendiri tak tahu apa salahnya sehingga harus meregang nyawa.
Tak terdengarkah oleh kalian ratapan ayah yang kehilangan anak dan istrinya, tangisan pilu seorang ibu yang kehilangan buah hatinya, tangisan anak-anak yang menjadi yatim seketia saat serangan bangsa yang tak beradab itu meluluh lantakkan bumi palestina.

Wahai kaum yang melantunkan ayat-ayat dari Yaman sampai Syam

Wahai orang-orang yang sholat dengan khusyuk

Wahai orang-orang yang memakai ihram

Wahai ayah yang menyayangi anaknya

Wahai para pemuda islam

Wahai yang merasakan kelezatan dunia

Apakah kalian penolong-penolong keselamatanku?

Apakah ini namanya perdamaian?
sementara mereka merampas tanah kami

Kami terbunuh dengan tebusan peluru

aku tidak akan takut!
senjata kami adalah darah kami

aku tidak akan lupa dengan senjata yang tergantung,
walau dengan tangan dan ikat pinggang,
aku berusaha dengan suaraku,
meminta tolong untuk dikasihani

akan tetapi panggilanku berlalu begitu saja

karena yang mendengar PUNYA HATI YANG MATI.


Apakah kita pernah mendengar kata diatas???
Apakah kata diatas memang pantas untuk kita karena kita mempunyai hati yang mati???

Semua jawabannya ada pada diri kita.
Apabila kita mempunyai hati yang hidup, maka kita akan berusaha untuk membantu mereka. baik dengan jiwa, harta, maupun do'a.
Ataukah hati ini memang sudah mati. Sehingga mendengar seruan mereka kita hanya cuek.
Renungilah teman.
Ingat !
Perjuangan mereka belum berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar